Dalam bahasa latin manusia
disebut juga dengan nama “Homo” yang merupakan genus dari kera besar yang
terdiri dari manusia modern dan kerabat dekatnya. Homo tersebut mempunyai
beragam jenis sehingga dikelompokan menjadi kategori yang lebih luas yaitu
manusia purba,dimana manusia praaksara yang sangat bertolak belakang dengan
manusia modern (homo sapiens),entah itu cara bertahan hidup atau lainya.
Manusia purba telah hidup beratus-ratus
tahun yang lalu, manusia purba di indonesi banyak ditemukan di jawa,terbukti
oleh banyaknya fosil-fosil yang di dapatkan dari para ahli. Fosil tersebut terdapat
pada lembah sungai Begawan solo,lembah sungai brantas dan ditemat lain
disekitar pulau jawa. penemuan fosil di jawa adalah tulang belulang dari
Pithecanthropus Erectus yang merupakan manusia purba pertama kali yang ditemukan
pada tahun 1891. Konon kehidupan manusia purba sangat suka hidup berkelompok
dan selalu mengandalkan bahan makanan dari buah-buahan dan binatang disekitar
mereka saja,pada zaman pleistosen itu manusia purba belum mengenal bagaimana
cara bercocok tanam karena menurut para ahli manusia purba memiliki volume otak
yag lebih kecil dibandingkan dengan manusia modern. Untuk menopang kehidupan
mereka seperti makan,kegiatan sehari-hari. Mereka hanya mengandalkan benda yang
ada disekitar mereka saja seperti bebatuan dan sisa-sisa tulang belulang dari
hewan yang mereka buru untuk dijadikan alat atau senjata.
Jenis-jenis manusia purba di
Indonesia :
Dalam hal
penemuan fosil manusia purba, Indonesia menjadi posisi terpenting, sebab
fosil-fosil manusia purba yang ditemukan Indonesia berasal
dari semua kala Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut :
dari semua kala Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Merupakan
manusia purba tertua yang terdapat di Indonesia, fosil meganthropus
paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di lembah bengawan solo pada
tahun 1936-1941. Fosil tersebut berasal dari lapisan pleistosen bawah.
Diperkirakan bahwa meganthropus paleojavanicus memiliki badan yang tegap dan
rahang yang besar serta kuat, mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan, dominan
verasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
meganthropus
paleojavanicus berasal dari Mega
yang berarti besar, Atheopus yang
mempunyai arti sebagai manusia,Paleo
yang berarti tertua sedangkan Javanicus yang
berarti jawa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa manusia purba tertua yang memiliki tubuh besar dari pulau jawa.
2. Pithecanthropus
Fosil
Pithecanthropus merupakan sebuah fosil yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan
tengah. Pithecanthropus terdiri dari beberapa
jenis, diantaranya sebagai berikut :
Pithecanthropus
Erectüs
Pada tahun 1891,seorang ahli
anatomi berkebangsaan Belanda, yang mempunyai nama lengkap Marie
Eugène François Thomas Dubois telah berhasil menemukan sebuah fosil manusia
purba di desa Trinil,ngawi (jawa timur) yang diberi nama Pithecanthropus Erectüs,manusia purba tersebut diperkirakan
hidup dua juta tahun yang lalu.
Mempunyai ciri
berjalan tegap dengan badan yang tegak dan mempunyai alat pengunyah yang kuat.
Volume otaknya mencapai 900 cc, jika dibandingkan dengan manusia modern lebih
kecil karena manusia modern mempunya volume otak lebih dari 1.000 cc sedangkan
jika volume kera hanya 600 cc.
Pithecanthropus
Robustus
Fosil jenis
ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil,
Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von
Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.
Pithecanthropus
Mojokertensis
Fosil tersebut
merupakan penemuan dari Dr. Gustav Heinrich Ralph von
Koenigswald (lahir di Berlin, 13 November 1902) seorang berkebangsaan
jerman-belanda. Ia menemukan fosil tersebut di tepi sungai Begawan solo
mojokerto sehingga penemuanya tersebut diberi nama dengan Pithecanthropus Mojokertensis
Yang berarti
manusia purba yang berdiam di mojokerto. Fosil tersebut diambil dari lapisan
Pleistosen Bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang
lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan
dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat
3. Homo
Dari beberapa jejak spesies manusia
purba pernah di temukan diberbagai sudut yang ada di indonesi. Sehingga
Pemberian nama pada manusia purba jenis homo ini lebih merujuk pada dimana
fosil tersebut ditemukan. Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia
purba yang berumur paling muda. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai
manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia
(Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Di Indonesia sendiri
ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis,
Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
1. Homo Mojokertensis
1. Homo Mojokertensis
Fosil ditemukan di mjokerto (jawa timur) pada tahun 1926,
fosil tersebut berupa tengkorak anak-anak yang terdapat dilapisan pleistosen
bawah, fosil ini ditemukan oleh seorang yang bernama Tjokrohandojo
bekerta di bawah pimpinan Duyfjes.
2. Homo Soloensis
Dalam
penggalian yang diadakan pada tahun 1931-1934 oleh seorang ahli purbakala bernama
Ter Haardan Ir Oppenorth menemukan sebuah fosil tengkorak di desa
Ngandong,Kabupaten Blora juga terletak di lembah sungai Begawan solo, penemuan
fosil tersebut ada yang sudah hancur namun masih dapat memberikan sebuah
rujukan atau petunjuk untuk melanjutkan penelitiannya.
Fosil-fosil
tersebut selanjutnya diselidiki oleh seorang ahli paleontologi GH.R Von
Koenigswald. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa ternyata manusia
purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus
Erectus. Jenis manusia purba dari Lembah Bengawan Solo tersebut dinamakan Homo
Soloensis atau manusia purba dari Solo. Berdasarkan penelitian fosil-fosil yang
ditemukan, Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri, antara lain sebagai berikut. 1.
Volume otak lebih besar daripada otak Pithecanthropus Erectus.
2.
Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erecthus dengan volumenya berkisar 1 000-1 300 cc.
3.
Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
4.
Berbadan tegap dan tinggi kurang lebih 180 cm.
3.
Homo Floresiensis
Homo
floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi
gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New
England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman
lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi
fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini
diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Ciri-ciri Homo
floresiensis antara lain, tinggi badan kurang dari 1 meter, berbadan tegap,
berjalan secara bipedal, volume otak sekitar 417cc.
Masa
berburu dan meramu :
Mata
pencaharian manusia purba yang hidup pada masa pleistosen adalah berburu dan
meramu (mengumpulkan makanan). Untuk keperluan tersebut mereka memerlukan
alat-alat dan senjata, sehingga mereka membuat alat-alat tersebut dari bebatuan,kayu
dan sisa-sisa bekas tulang hewan buruan mereka. Berburu hewan dilakukan hampir
setiap hari, hal ini yang mengakibatkan lenyapnya hewan pada zaman pleistosen.
Hewan yang diburu diantaranya yaitu rusa,kuda,babi hutan,kijang,kerbau. Selain
karena perburuan hewan tersebut juga berkurang karena pergantian suhu panas dan
dingin pada masa itu, hewan-hewan memperrtahankan hidup mereka dengan
berimigrasi, dengan demikian sesuai akan kebutuhan panganya, manusiaa purba tersebut
harus mengikuti hewan yang diburunya.
Pada
zaman itu manusia purba sangat bergantung pada alam,oleh karena itu mereka
lebih suka hidup disebuah tempat dimana lingkungan tersebut mendukung atas
kebutuhan untuk menompang hidupnya. Seperti contoh mereka suka tinggal di dekat
sungai karena disitu mereka dekat dengan kebutuhan hidup seperti ikan yang
dapat mereka ambil dengan mudah. Mereka hidup berkelompok. Tujuan utama mereka
agar dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun dalam menghadapi
binatang buas. Mereka tinggal di gua-gua atau membuat perlindungan diatas pohon
untuk melindungi diri dari hujan,petir dan binatang buas atau yang lainya.
Peninggalan
kebudayan :
Meskipun
pada masa itu manusia purba bertahan hidup dengan cara mengumpulkan
makanan,namun mereka tetap membutuhkan alat bantu untuk mempermudah foodgathering
yang mereka lakukan. Mereka membuat alat dari bebatuan,kayu dan juga tulang
belulang. Hanya saja alat yang terbuat dari kayu telah hancur jadi tidak ada
peninggalanya, namun yang terbuat dari batu tersebut masih menyisakan sebuah
peninggalan yang membuatnya menjadi sebuah sejarah.
Alat-alat
bantu apa sajakah yang ada pada zaman tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.
Kapak perimbas
Kapak tersebut digunakan untuk merimbas
atau memotong kayu,selain itu kapak tersebut juga digunakan untuk menguliti
binatang buruan mereka. Kapak tersebut tidak mempunyai tangkai sehingga
penggunaanya dengan cara menggenggam. Kapak tersebut terbuat dari batu sang
salah satu sisi sangat tajam dan sisi lainya digunakan untuk menggenggamnya. Kapak
perimbas ditemukan banyak di Indonesia.
2.
Alat serpih
Berfungsi sebagai pisau, alat tersebut
sangat kecil berukuran antara 4-10cm. bahkan alat-alat serpih di sangiran
berukuran 2-4 cm, alat tersebut merupakan unsure terpenting dari budaya
pacitan,karena alat tersebut sebagian besar ditemukan disana.
3.
Alat dari tulang
Selain dari tulang hewan, alat tersebut
juga biasa menggunakan tanduk dari kerbau dan sirip dari ikan pari, digunakan
sebagai mata tombak untuk alat berburu. Alat tulang ini hanya ditemukan di
Ngandong (jatim).
4.
Kapak genggam
Banyak ditemukan di pantai timur
sumatera, sehingga sering disebut sebagai kapak genggam sumatera. Kapak tersebut
terbuat dari batu dengan cara meruncingkan pada satu sisi agar menjadi tajam. Kapak
tersebut digunakan untuk membuat lubang pada tanah atau memotong hewan buruan.
Peninggalan
kebudayaan :
Bersamaan
dengan meningkatnya kehidupan manusia purba yang telah mengenal cara bercocok
tanah, mereka semakin mahir untuk membuat alat dari bebatuan atau tulang alat
tersebut lebih rapi dari alat-alat yang terdahulu. Diantaranya yaitu:
1.
Kapak persegi
Kapak tersebut adalah alat yang paling popular
pada masa bercocok tanam. Peninggalan yang termasuk kapak persegi yaitu beliung
persegi bentuknya memanjang dengan penampang lintang persegi dan menyerupai
cangkul. Seluruh bagian diasah halus kecuali bagian tengahnya. Alat tersebut
banyak ditemukan dibagian barat wilayah Indonesia, seperti Sumatra,jawa dan bali.
2.
Kapak lonjong
Kapak ini mempunyai usia yang lebih tua
dibandingkan kapak beliung, sesuai dengan namanya kapak ini berbentuk lonjong,bagian
pangkal meruncing kemudian melebar pada bagian tajam, bagian tajam tersebut diasah
kanan dan kiri secara simetris. Kapak ini hanya ditemukan dibagian timur
wilayah Indonesia seperti Sulawesi,flores,Maluku dan irian (papua).
3.
Alat _ alat obsidian
Sesuai dengan namanya alat tersebut
terbuat dari batu yang bernama batu obsidian atau batu kecubung. Biasanya lat
tersebut ditemukan di dekat pintu gua jenis ini hanya ditemukan dibeberapa
tempat seperti flores,sekitar danau tondano dan danau bandung.
4.
Mata panah
Seperti halnya obsidian alat ini juga
ditemukan di dekat pintu gua,penemuan ini mengingatkan pada kehidupan berburu
tingkat lanjutpada zaman manusia purba karena alat tersebut terbuat dari tulang
yang digunakan sebagai mata panah.
5.
Gerabah
Pada masa bercocok tanam manusia purba
sudah mulai menggunakan gerabah yang dibuat dari tanah liat yang kemudian
dibakar.
referensi : diambil dari wikipedia bahasa indonesi dan buku sejarah yang sudah rahma baca.
referensi : diambil dari wikipedia bahasa indonesi dan buku sejarah yang sudah rahma baca.