Pages

Monday, October 28, 2013

MENGINTIP BAGAIMANA MANUSIA PURBA DI INDONESIA DENGAN SEGALA PERKEMBANGAN DAN PENINGGALAN KEBUDAYAANYA


ilustrasi di ambil dari gambar yang ada di internet
 Dalam bahasa latin manusia disebut juga dengan nama “Homo” yang merupakan genus dari kera besar yang terdiri dari manusia modern dan kerabat dekatnya. Homo tersebut mempunyai beragam jenis sehingga dikelompokan menjadi kategori yang lebih luas yaitu manusia purba,dimana manusia praaksara yang sangat bertolak belakang dengan manusia modern (homo sapiens),entah itu cara bertahan hidup atau lainya.
Manusia purba telah hidup beratus-ratus tahun yang lalu, manusia purba di indonesi banyak ditemukan di jawa,terbukti oleh banyaknya fosil-fosil yang di dapatkan dari para ahli. Fosil tersebut terdapat pada lembah sungai Begawan solo,lembah sungai brantas dan ditemat lain disekitar pulau jawa. penemuan fosil di jawa adalah tulang belulang dari Pithecanthropus Erectus yang merupakan manusia purba pertama kali yang ditemukan pada tahun 1891. Konon kehidupan manusia purba sangat suka hidup berkelompok dan selalu mengandalkan bahan makanan dari buah-buahan dan binatang disekitar mereka saja,pada zaman pleistosen itu manusia purba belum mengenal bagaimana cara bercocok tanam karena menurut para ahli manusia purba memiliki volume otak yag lebih kecil dibandingkan dengan manusia modern. Untuk menopang kehidupan mereka seperti makan,kegiatan sehari-hari. Mereka hanya mengandalkan benda yang ada disekitar mereka saja seperti bebatuan dan sisa-sisa tulang belulang dari hewan yang mereka buru untuk dijadikan alat atau senjata.
Jenis-jenis manusia purba di Indonesia :
Dalam hal penemuan fosil manusia purba, Indonesia menjadi posisi terpenting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan Indonesia berasal 
dari semua kala Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.    Meganthropus Paleojavanicus
Merupakan manusia purba tertua yang terdapat di Indonesia, fosil meganthropus paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di lembah bengawan solo pada tahun 1936-1941. Fosil tersebut berasal dari lapisan pleistosen bawah. Diperkirakan bahwa meganthropus paleojavanicus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar serta kuat, mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan, dominan verasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
meganthropus paleojavanicus berasal dari Mega yang berarti besar, Atheopus yang mempunyai arti sebagai manusia,Paleo yang berarti tertua sedangkan Javanicus yang berarti jawa. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia purba tertua yang memiliki tubuh besar dari pulau jawa.
2.    Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus merupakan sebuah fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Pithecanthropus terdiri dari beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut :
Pithecanthropus Erectüs
Pada tahun 1891,seorang ahli anatomi berkebangsaan Belanda, yang mempunyai nama lengkap Marie Eugène François Thomas Dubois telah berhasil menemukan sebuah fosil manusia purba di desa Trinil,ngawi (jawa timur) yang diberi nama Pithecanthropus Erectüs,manusia purba tersebut diperkirakan hidup dua juta tahun yang lalu.
Mempunyai ciri berjalan tegap dengan badan yang tegak dan mempunyai alat pengunyah yang kuat. Volume otaknya mencapai 900 cc, jika dibandingkan dengan manusia modern lebih kecil karena manusia modern mempunya volume otak lebih dari 1.000 cc sedangkan jika volume kera hanya 600 cc.
Pithecanthropus Robustus
Fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.
Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil tersebut merupakan penemuan dari Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (lahir di Berlin, 13 November 1902) seorang berkebangsaan jerman-belanda. Ia menemukan fosil tersebut di tepi sungai Begawan solo mojokerto sehingga penemuanya tersebut diberi nama dengan Pithecanthropus Mojokertensis
Yang berarti manusia purba yang berdiam di mojokerto. Fosil tersebut diambil dari lapisan Pleistosen Bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat
3.    Homo
Dari beberapa jejak spesies manusia purba pernah di temukan diberbagai sudut yang ada di indonesi. Sehingga Pemberian nama pada manusia purba jenis homo ini lebih merujuk pada dimana fosil tersebut ditemukan. Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.

1. Homo Mojokertensis
Fosil ditemukan di mjokerto (jawa timur) pada tahun 1926, fosil tersebut berupa tengkorak anak-anak yang terdapat dilapisan pleistosen bawah, fosil ini ditemukan oleh seorang yang bernama Tjokrohandojo bekerta di bawah pimpinan Duyfjes.

2. Homo Soloensis

Dalam penggalian yang diadakan pada tahun 1931-1934 oleh seorang ahli purbakala bernama Ter Haardan Ir Oppenorth menemukan sebuah fosil tengkorak di desa Ngandong,Kabupaten Blora juga terletak di lembah sungai Begawan solo, penemuan fosil tersebut ada yang sudah hancur namun masih dapat memberikan sebuah rujukan atau petunjuk untuk melanjutkan penelitiannya.
Fosil-fosil tersebut selanjutnya diselidiki oleh seorang ahli paleontologi GH.R Von Koenigswald. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa ternyata manusia purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus. Jenis manusia purba dari Lembah Bengawan Solo tersebut dinamakan Homo Soloensis atau manusia purba dari Solo. Berdasarkan penelitian fosil-fosil yang ditemukan, Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri, antara lain sebagai berikut. 1. Volume otak lebih besar daripada otak Pithecanthropus Erectus.
2. Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erecthus dengan  volumenya berkisar 1 000-1 300 cc.
3. Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
4. Berbadan tegap dan tinggi kurang lebih 180 cm.

3. Homo Floresiensis

Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Ciri-ciri Homo floresiensis antara lain, tinggi badan kurang dari 1 meter, berbadan tegap, berjalan secara bipedal, volume otak sekitar 417cc.

Masa berburu dan meramu :

Mata pencaharian manusia purba yang hidup pada masa pleistosen adalah berburu dan meramu (mengumpulkan makanan). Untuk keperluan tersebut mereka memerlukan alat-alat dan senjata, sehingga mereka membuat alat-alat tersebut dari bebatuan,kayu dan sisa-sisa bekas tulang hewan buruan mereka. Berburu hewan dilakukan hampir setiap hari, hal ini yang mengakibatkan lenyapnya hewan pada zaman pleistosen. Hewan yang diburu diantaranya yaitu rusa,kuda,babi hutan,kijang,kerbau. Selain karena perburuan hewan tersebut juga berkurang karena pergantian suhu panas dan dingin pada masa itu, hewan-hewan memperrtahankan hidup mereka dengan berimigrasi, dengan demikian sesuai akan kebutuhan panganya, manusiaa purba tersebut harus mengikuti hewan yang diburunya.
Pada zaman itu manusia purba sangat bergantung pada alam,oleh karena itu mereka lebih suka hidup disebuah tempat dimana lingkungan tersebut mendukung atas kebutuhan untuk menompang hidupnya. Seperti contoh mereka suka tinggal di dekat sungai karena disitu mereka dekat dengan kebutuhan hidup seperti ikan yang dapat mereka ambil dengan mudah. Mereka hidup berkelompok. Tujuan utama mereka agar dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun dalam menghadapi binatang buas. Mereka tinggal di gua-gua atau membuat perlindungan diatas pohon untuk melindungi diri dari hujan,petir dan binatang buas atau yang lainya.

Peninggalan kebudayan :
Meskipun pada masa itu manusia purba bertahan hidup dengan cara mengumpulkan makanan,namun mereka tetap membutuhkan alat bantu untuk mempermudah foodgathering yang mereka lakukan. Mereka membuat alat dari bebatuan,kayu dan juga tulang belulang. Hanya saja alat yang terbuat dari kayu telah hancur jadi tidak ada peninggalanya, namun yang terbuat dari batu tersebut masih menyisakan sebuah peninggalan yang membuatnya menjadi sebuah sejarah.
Alat-alat bantu apa sajakah yang ada pada zaman tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kapak perimbas
Kapak tersebut digunakan untuk merimbas atau memotong kayu,selain itu kapak tersebut juga digunakan untuk menguliti binatang buruan mereka. Kapak tersebut tidak mempunyai tangkai sehingga penggunaanya dengan cara menggenggam. Kapak tersebut terbuat dari batu sang salah satu sisi sangat tajam dan sisi lainya digunakan untuk menggenggamnya. Kapak perimbas ditemukan banyak di Indonesia.
2.    Alat serpih
Berfungsi sebagai pisau, alat tersebut sangat kecil berukuran antara 4-10cm. bahkan alat-alat serpih di sangiran berukuran 2-4 cm, alat tersebut merupakan unsure terpenting dari budaya pacitan,karena alat tersebut sebagian besar ditemukan disana.
3.    Alat dari tulang
Selain dari tulang hewan, alat tersebut juga biasa menggunakan tanduk dari kerbau dan sirip dari ikan pari, digunakan sebagai mata tombak untuk alat berburu. Alat tulang ini hanya ditemukan di Ngandong (jatim).
4.    Kapak genggam
Banyak ditemukan di pantai timur sumatera, sehingga sering disebut sebagai kapak genggam sumatera. Kapak tersebut terbuat dari batu dengan cara meruncingkan pada satu sisi agar menjadi tajam. Kapak tersebut digunakan untuk membuat lubang pada tanah atau memotong hewan buruan.
Peninggalan kebudayaan :
Bersamaan dengan meningkatnya kehidupan manusia purba yang telah mengenal cara bercocok tanah, mereka semakin mahir untuk membuat alat dari bebatuan atau tulang alat tersebut lebih rapi dari alat-alat yang terdahulu. Diantaranya yaitu:
1.    Kapak persegi
Kapak tersebut adalah alat yang paling popular pada masa bercocok tanam. Peninggalan yang termasuk kapak persegi yaitu beliung persegi bentuknya memanjang dengan penampang lintang persegi dan menyerupai cangkul. Seluruh bagian diasah halus kecuali bagian tengahnya. Alat tersebut banyak ditemukan dibagian barat wilayah Indonesia, seperti Sumatra,jawa dan bali.
2.    Kapak lonjong
Kapak ini mempunyai usia yang lebih tua dibandingkan kapak beliung, sesuai dengan namanya kapak ini berbentuk lonjong,bagian pangkal meruncing kemudian melebar pada bagian tajam, bagian tajam tersebut diasah kanan dan kiri secara simetris. Kapak ini hanya ditemukan dibagian timur wilayah Indonesia seperti Sulawesi,flores,Maluku dan irian (papua).
3.    Alat _ alat obsidian
Sesuai dengan namanya alat tersebut terbuat dari batu yang bernama batu obsidian atau batu kecubung. Biasanya lat tersebut ditemukan di dekat pintu gua jenis ini hanya ditemukan dibeberapa tempat seperti flores,sekitar danau tondano dan danau bandung.
4.    Mata panah
Seperti halnya obsidian alat ini juga ditemukan di dekat pintu gua,penemuan ini mengingatkan pada kehidupan berburu tingkat lanjutpada zaman manusia purba karena alat tersebut terbuat dari tulang yang digunakan sebagai mata panah.
5.    Gerabah
Pada masa bercocok tanam manusia purba sudah mulai menggunakan gerabah yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar.
referensi : diambil dari wikipedia bahasa indonesi dan buku sejarah yang sudah rahma baca.